Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengumpulan dan penyempurnaan hadist terjadi pada masa pemerintahan khalifah ke8 Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz tahun 99-101H/ menginstruksikan kepada gubernur Madinah yang memerintah pada waktu itu agar mengumumkan pada masyarakat umum tentang gerakan penghimpunan dan penyempurnaan tersebut dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab karena kondisi dilapangan, hadist telah diselewengkan dan telah bercampur aduk dengan ucapan-ucapan israiliyat, hadist difungsikan untuk menguatkan kedudukan kelompok- kelompok tertentu seperti,Bani Umayyah, kelompok Khawarij,dan kelompok Syi'ah yang saling berebut membuat hadist - hadist untuk menguatkan eksistensi kelompok masing - masing. Setelah perintah dari gubernur Madinah atas instruksi dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz,maka berangkatlah sahabat- sahabat Nabi dan beberapa tabiin untuk mencari dan menyeleksi hadist- hadist imam hadist berjuang dengan dengan sungguh sungguh-sungguh, sabar,dan Istiqomah dalam mencari dan melacak sebuah mengembara sampai di wilayah- wilayah yang diketahui ada sumber hadist diwilayah tersebut. Berhari- hari,berminggu - minggu ,berbulan - bulan ,bahkan bertahun-tahun mereka dengan sabar mencari dan mengejar informasi tentang keberadaan sebuah hadist yang sangat terkenal seperti Bukhari,Muslim,Nasi,Tirmidzi,Ahmad bin Hanbal,dan yang dengan serius meluangkan waktunya mencari, melacak,dan selanjutnya menyeleksi dan menghimpun hadist .Dengan upaya keras dari para imam-imam hadist ini ,maka jadilah kitab-kitab hadist yang sering kita baca da jadikan sebagai rujukan dan referensi. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Proses kodifikasi haditsKodifikasi hadist resmi di prasakasa para penguasa, ide penghimpunan hadistsecara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Khalifah Umar Bin Khattab,namun ide tersebut tidak dilaksanakan karena dikhawatirkan umat islam terganggudalam mempelajari dan membukukan Al Qurâan. Barulah Pembukuan Kodifikasi hadist secara resmi terjadi pada abad ke IIHijriyyah pada masa Khalifah Umar bi Abdul aziz, Khalifah dari Bani umayyah thn91-101, beliau sadar dan sangat waspada semakin sedikitnya perawi hadist, beliaukhawatir jika tidak segera dibukukan maka hadist nabi akan menghilang seiringwafatnya para perawi 1. Pengumpulan Haditsa Pada masa pertama, Pada tahun 100 H, sang khalifah memerintahkan kepada para gubernurMadinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm untuk membukukanhadist-hadist dari bin Abdul Aziz menulis surat kepada gubernur, yaitu âperhatikanlahapa yang dapat diperoleh dari hadist rasul, lalu tulislah karena aku takut akanlenyap ilmu disebabkan meninggalnya para ulama, dan jangan diterima selainhadist Rasul SAW, dan hentikanlah disebarluakan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, makasesungguhnya ilmu itu dirahasiakan.â Selain kepada gubernur Madinah, Khalifahjuga menulis surat kepada gubernur lain supaya mengusahakan pembukuanhadist. Khalifah juga secara menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad binMuslim bin Abaidilllah bin Syihab az-Zuhri. Kemudian Syihab azZuhri mulaimelaksanakan perintah khalifah tersebut sehingga menjadi salah satu ulama yangpertama kali membukukan Pada masa kedua,1 Ibid, hlm 602 Hasan Sulaiman., dkk., Terjemah Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Surabaya Muçć¤araIlmu, 1995, hlm. Xiv1
Sementaraitu, perhatian terhadap al-Hadits tidaklah demikian, hal itu karena adanya larangan Nabi terhadap penulisan selain al-Qurâan. Upaya kodifikasi al-Hadits secara resmi baru dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz salah satu dari khalifah Bani Umayyah yang memerintah antara tahun 99-101 H, waktu yang relatif jauh dari masa Jelaskan proses kodifikasi hadis pada masa khalifah umar bin abdul azizâ1. Jelaskan proses kodifikasi hadis pada masa khalifah umar bin abdul azizâ2. khalifah umar bin abdul aziz memerintahkan para ilmuwan melakukan kodifikasi hadis karena3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ilmuwan melakukan kodifikasi hadis karena .......4. pembukuan hadis Nabi Muhammad pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada tahunâ5. Pembukuan hadis-hadis Nabi Muhammad saw. pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada tahun âŚâ6. Tokoh ahli hadis Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah7. Mengapa hadis di bukukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz ?8. Mengapa ada kodifikasi hadis pada masa khalifah umar bin abdul azis, jelaskan!9. pengumpulan hadis yang pertama pada masa kekhalifahan umar bin abdul aziz adalah10. Pembukuan Al-qurâan pada masa khalifah Abu Bakar As-Sidiq dan pengkodifikasian Hadits pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contoh11. Pembukuan al-qurâan pada masa khalifah abu bakar as-sidiq dan pengkodifikasian hadits pada masa khalifah umar bin abdul aziz adalah contohâŚ12. sebutkan para buruh hadis khalifah umar bin abdul aziz13. apa alasan khalifah umar bin abdul aziz berusaha keras untuk mengkodifikasikan hadits....â14. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengupayakan pengumpulan hadis hadis yang dikerjakan oleh15. siapakah guru hadis khalifah umar bin abdul aziz16. maksud dari kodifikasi sebab² yg mendorong khalifah umar bin abdul aziz melopori kodifikasi kodifikasi hadis pada masa rasulullah sawâ17. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengupayakan pengumpulan hadis hadis yang dikerjakan oleh18. 1 khalifah umar bin Abdul Aziz sangat dicintai oleh rakyatnya,apa sebabnya 2 Khalifah Umar bin Abdul Aziz berusaha keras untuk mengkodifikasikan hadis,apa alasan nyaâ19. Usaha kodifikasi hadis dilakukan pada masa khalifah - muawiyah bin abu sufyan - umar bin abdul aziz - yazid bin walid - walid bin abdul malikiq gue kurang tinggiâ20. siapakah guru hadis khalifah umar bin abdul aziz 1. Jelaskan proses kodifikasi hadis pada masa khalifah umar bin abdul azizâJawaban1. melestarikan hadist dan sejarah kehidupan nabi Muhammad Saw karena sdh bnyak shabat dan thabiin yang meninggal2. melindungi dri hadist hadist palsu3. membantu memperjelas perintah dalam Al Qur'anPenjelasanmenolaknyalingugelJawabanASTIFPenjelasanSAYA IGIN DAPAT POIN 2. khalifah umar bin abdul aziz memerintahkan para ilmuwan melakukan kodifikasi hadis karena karena sudah banyaknya para pemalsu hadits dan berkurangnya para ahli dalam bidang tsb. 3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ilmuwan melakukan kodifikasi hadis karena ....... Karena pada masa itu khalifah Umar bin Abdul Aziz khawatir suatu saat nanti jika hadis tidak dikodifikasi, hadis hadis akan hilang dan dilupakan. karena semakin lama para penghafal hadis sudah gugur dimedan perang . padahal hadis merupakan pedoman hidup seorang muslimsekian semoga bermanfaat 4. pembukuan hadis Nabi Muhammad pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada tahunâJawabanPembukuan hadis terbentuk pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang di nobatkan pada akhir abad pertama,yakni tahun 99 hijriyah dan memasuki abad ke dua Jawaban Yang Tercerdas 5. Pembukuan hadis-hadis Nabi Muhammad saw. pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada tahun âŚâJawabanawal abad ke 2 hijriyahJawaban Abad ke dua hijriyahPenjelasansebagai khalifah pada masa itu, beliau memandang perlu untuk membukukan hadist. karena beliau menyadari bahwa semakin lama para permawi hadist banyak yang meninggal 6. Tokoh ahli hadis Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalahPenjelasanUmar bin 'Abdul 'Aziz bahasa Arab ؚ٠ع ب٠ؚبد اŮؚزŮزâ; 2 November 682 â 5 Februari 720,[1] atau juga disebut 'Umar II, adalah khalifah yang berkuasa dari tahun 717 umur 34â35 tahun sampai 720 selama 2â3 tahun. 'Umar berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani. Dia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman. 7. Mengapa hadis di bukukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz ? pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada gubernur Madinah untuk segera mengumumkan kepada masyarakat umum dalam gerakan pengumpulan dan penyempurnaan hadist, karena pada saat itu hadis hadis mulai hilang dan bercampur aduk dengan ucapan ucapan israilliyat serta banyaknya para ulama hadist yg wafat, selain itu hadis difungsikan untuk memperkuat kedudukan suatu kelompok seperti khawarij, Syiah dan Bani Umayyah sehingga mereka pun berebut untuk membuat hadis. JAWABANKekhawatiran Khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa hadits berangsur angsur akan hilang jika tidak melihat bahwa para penghafal hadis semakin berkurang karena meninggal, dan sudah berpencar ke berbagai wilayah Islam. Selain itu, pemalsuan hadis pun mulai tetapi, penulisan hadis pada masa ini, masih bercampur antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa sahabat dan tabiin, seperti terlihat dalam kitab al-Muwattaâ yang disusun Imam Malik. Karena keragaman isi kitab hadis yang disusun pada masa ini, para ulama hadis ada yang mengatakan bahwa kitab-kitab hadis ini termasuk kategori al-musnad kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat yang menerima hadits dari Nabi SAW.Di antara generasi pertama yang menulis al-musnad ini adalah Abu Dawud Sulaiman at-Tayalisi. Langkah ini diikuti oleh generasi sesudahnya, seperti Asad bin Musa, Musa al-Abbasi, Musaddad al-Basri, Nuâaim bin Hammad al-Khazaâi, Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali, Ishaq bin Rahawaih, dan Usman bin Abi membantu 8. Mengapa ada kodifikasi hadis pada masa khalifah umar bin abdul azis, jelaskan! Melestarikan hadist dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad karena sudah banyak sahabat dan thabiin yang sudah meninggalMelindungi dari hadis-hadis palsuMembantu memperjelas perintah dalam Al QuranPembahasanPembukuan atau hadist pertama kali dilakukan pada masa Bani Umayyah oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang memerintahkan Ibnu Syihab az-Zuhri. Beliau adalah ulama generasi âshighar at tabiinâ atau tabiin ini memiliki manfaat1. Melestarikan hadist dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad karena sudah banyak sahabat dan thabiin yang sudah meninggalPada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat pada tahun 717 hingga 720 M, para sahabat yang menjadi saksi perjuangan Nabi Muhammad, sudah meninggal semuanya. Sahabat terakhir yang meninggal adalah Anas bin Malik yang meningal di Basra pada usia 103 tahun pada tahun 717 M. Yang tersisa adalah para thabiin, yang menerima riwayat perjuangan langsung dari para sahabat nabi ini berarti umat Islam tidak bisa meinta pendapat dan penjelasan mereka tentang ajaran Nabi Muhammad. Juga tidak dapat lagi belajar langsung riwayat perjuangan Nabi itu, dengan kodifikasi hadist ini, riwayat tersebut dapat dibukukan dan memudahkan pembelajarannya. Kodifikasi ini juga mencegah riwayat perjuangan Nabi Muhammad dari hilang atau Melindungi dari hadis-hadis palsuPada masa Banu Umayyah, mulai merebak banyak hadits-hadist palsu, yang digunakan untuk meraih kekuasaan bagi kepentingan politik atau mazhab. Hadist ini sangat berbahaya karena diaku sebagai sabda Nabi Muhammad padahal bukan. Dengan kodifikasi Hadits, para ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim memilah-milah mana hadits yang shahih terpercaya, mana yang hasan baik, dan mana yang mawdu; dipalsukan.3. Membantu memperjelas perintah dalam Al QuranPerintah dalam Al Quran banyak yang bersifat umum. Karena itu diperlukan hadits yang berisi tentang riwayat hidup dan penjelasan nabi terhadap perintah di Al Quran untuk melaksanakan dengan baik perintah tersebut. Misalnya shalat diperintahkan AL Quran, namun tidak dijelaskan rukunnya. Maka dengan kodifikasi hadits, umat Islam bisa dengan mudah mempelajari penjelasan perintah ini dari hadits yang dikumpulkan lebih lanjut manfaat proses kodifikasi hadis pada masa pemerintahan Bani Umayyah di lebih lanjut kitab hadits 6 ulama Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Imam Tirmizi, dan Imam Nasa'i di lebih lanjut perkembangan peradaban Islam masa Bani Umayyah di Jawaban Kode X Mata pelajaran IPS / Sejarah Materi Bab 5 - Zaman Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia 9. pengumpulan hadis yang pertama pada masa kekhalifahan umar bin abdul aziz adalah Ide pembukuan hadis pertama kali di cetuskan oleh khalifa umar bin abdul aziz pada awal abad ke 2 hijriyah. sebagai khalifa pada masa itu, beliau memandang perlu untuk membukukan hadis. karena beliau menyadari bahwa semakin lama para perawi hadis banyak yang meninggal. apa bila Hadis - Hadis tersebut tidak di bukukan maka akan di khawatirkan akan lenyap dari permukaan bumi. di samping itu, timbulnya berbagai golongan yang bertikai dalam persoalan kekhalifahan menyebabkan ada nya kelompok yang membuat hadis palsu untuk menambah hasil pendapattan nya. penulis hadis yang pertama kali dan terkenal pada masa itu adalah abu bakar muhammad ibnu muslimin ibnu syihab az zuhri. pentingnya pembukuan hadis tersebut mengundang para ulama untuk ikut serta berperan dalam meneliti dan menyeleksi dengan cermat kebenaran hadis - hadis. penulisan hadis pada abad ini belum ada pemisahan antara hadis nabi dengan ucapan sahabat maupun fatma ulama. kitab yang terkenal pada masa itu adalah Al Muwatta karya imam malik. dan pada abad ke-3 H, penulisan di lakukan dengan mulai memisahkan antara hadis, ucapan maupun Wafta bahkan ada pula yang memisahkan antara hadis shahih dan bukan shahih. pada abad ke-4 H, yang merupakan akhir penulisan hadis, kebanyakan bukti hadis itu hanya merupakan penjelasan ringkas dan pengelompokan hadis - hadis sebelumnya. 10. Pembukuan Al-qurâan pada masa khalifah Abu Bakar As-Sidiq dan pengkodifikasian Hadits pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contohJawabanPembukuan Al-qurâan pada masa khalifah Abu Bakar As-Sidiq dan pengkodifikasian Hadits pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contoh"maslahah mursalahPenjelasansemoga membantu...ya 11. Pembukuan al-qurâan pada masa khalifah abu bakar as-sidiq dan pengkodifikasian hadits pada masa khalifah umar bin abdul aziz adalah contoh⌠maslahah mursalahMaslahah Mursalah adalah sesuatu yang baik menurut akal dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan atau menghindarkan keburukan bagi manusia 12. sebutkan para buruh hadis khalifah umar bin abdul aziz Yang pertama kali dan terkenal pada masa itu adalah abu bakar Muhammad ibnu muslimin ibnu syihab az zuhri 13. apa alasan khalifah umar bin abdul aziz berusaha keras untuk mengkodifikasikan hadits....âJawabanFaktor penyebabnya adalah kekhawatiran Khalifah bahwa hadis berangsur-angsur akan hilang jika tidak dikumpulkan dan dibukukan. Ia melihat bahwa para penghafal hadis semakin berkurang karena meninggal, dan sudah berpencar ke berbagai wilayah Islam. Selain itu, pemalsuan hadis pun mulai 14. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengupayakan pengumpulan hadis hadis yang dikerjakan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengupayakan pengumpulan yang dikerjakan oleh Gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Membantu.. 15. siapakah guru hadis khalifah umar bin abdul aziz Said Bin Al Musayyab RohimallohKalo Nggk Salah ,Maaf kalo salah 16. maksud dari kodifikasi sebab² yg mendorong khalifah umar bin abdul aziz melopori kodifikasi kodifikasi hadis pada masa rasulullah sawâPenjelasan1. Yang dimaksud kodifikasi tadwin adalah mengumpulkan, menghimpun atau membukukan, yakni mengumpulkan dan menertibkannya. Adapun yang dimaksud dengan kodifikasi hadis adalah menghimpun catatan-catatan hadis Nabi dalam Motif /sebab 'Umar bin' Abdul 'Aziz dalam mengkodifikasikan hadits adalah Kekhawatiran akan hilang dari perbendaharaan masyarakat, sebab belum dibukukan, Untuk membersihkan dan meningkatkan Hadits dari hadits-hadits maudhu' palsu yang dibuat orang-orang untuk mempertahankan ideologi golongan dan mazhab, Tidak berlaku lagi akan tercampurnya al-Qur'an dan hadits, jadi sudah bisa dibedakan. Al-Qur'an telah dikumpulkan dalam satu mushaf dan telah tersebar secara merata diseluruh umat Islam, ada yang tidak akan menyebutkan hadits karena banyak 'ulama hadits yang gugur dalam medan kl ada yg salah, semoga membantu Semangattttt... 17. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengupayakan pengumpulan hadis hadis yang dikerjakan oleh Gubernur madinah, Abu bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm 18. 1 khalifah umar bin Abdul Aziz sangat dicintai oleh rakyatnya,apa sebabnya 2 Khalifah Umar bin Abdul Aziz berusaha keras untuk mengkodifikasikan hadis,apa alasan nyaâJawabanagar hadist terkumpul tidak hilang maaf kalau salah Jawabankarena mereka dendam kepada Abdul Aziz 19. Usaha kodifikasi hadis dilakukan pada masa khalifah - muawiyah bin abu sufyan - umar bin abdul aziz - yazid bin walid - walid bin abdul malikiq gue kurang tinggiâJawaban- Umar bin Abdul azizPenjelasanMaap jika salah, n smg terbantu 20. siapakah guru hadis khalifah umar bin abdul aziz Sa'id bin al- Musayyab Rohimahulloh*semoga membantu MakalahIlmu Guzzee Rois. . Ulumul Hadits: Masa Prakodifikasi Dan Kodifikasi Hadits. A. PENDAHULUAN. Sejarah pembinaan dan penghimpunan hadits di antara ulama ada perbedaan pendapat dalam menyusun periodesasiMeskidemikian, ada juga yang berpendapat bahwa kodifikator hadith sebelum adanya instruksi kodifikasi dari Khalifah Umar ibn âAbdul âAziz telah dilakukan, yakni oleh Khalid bin Maâdan (w. 103 H). Rasyid Ridha (1282-1354 H) berpendapat seperti itu, berdasar periwayatan, Khalid telah menyusun kitab pada masa itu yang diberi kancing agar
Pada masa ini, hadis-hadis Nabi mulai ditulis dan dikumpulkan secara resmi oleh Umar ibn Abdul Aziz, salah seorang khalifah dari Dinasti Umayyah. Mulai memerintah di penghujung abad pertama Hijriyah, merasa perlu untuk mengambil langkah-langkah bagi penghimpunan, dan penulisan hadis nabi secara resmi, yang selama ini berserakan di dalam catatan dan hafalan para sahabat dan tabiâin. Hal tersebut dirasakannya begitu mendesak karena pada masa itu wilayah kekuasaan Islam telah meluas, sampai ke daerah-daerah di luar Jazirah Arab. Di samping itu, para sahabat yang hafal dan mencatat hadis Nabi, bahkan menjadi rujukan ahli hadis sebagian besar telah meninggal dunia, karena faktor usia dan akibat banyaknya terjadi peperangan. Ini semua merupakan gambaran dari keadaan awal pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz, dan tentunya hadis masih belum dibukukan secara resmi. Nawir Yuslem, dalam bukunya Ulum al-Hadis menjelaskan bahwa, ada beberapa faktor yang mendorong Umar ibn Abdul Aziz mengambil inisiatif untuk memerintahkan para gubernur dan pembantunya untuk mengumpulkan dan menuliskan hadis di antaranya adalah Pertama, tidak adanya lagi penghalang untuk menuliskan dan membukukan hadis yaitu kekhawatiran bercampurnya Al-Qurâan dengan hadis, hal tersebut karena Al-Qurâan ketika itu telah dibukukan dan disebarluaskan. Kedua, munculnya kekhawatiran akan hilang dan lenyapnya hadis, karena banyak para sahabat yang meninggal dunia akibat usia lanjut atau karena seringnya terjadi peperangan. Ketiga, semakin maraknya kegiatan pemalsuan hadis yang dilatarbelakangi oleh perpecahan politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat Islam. Apabila keadaan ini dibiarkan terus, akan merusak kemurniaan ajaran Islam. Sehingga, upaya untuk menyelamatkan hadis dengan cara pembukuannya setelah melalui seleksi yang ketat, harus segera dilakukan. Keempat, karena semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, disertai dengan semakin banyak dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam, maka hal tersebut menuntut mereka untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dari hadis Nabi, selain petunjuk dari Al-Qurâan itu sendiri. Pemrakarsa Pengodifikasian Hadis Secara Resmi dari Pemerintah Umar ibn Abd al-Aziz, yang dikenal secara umum dari kalangan penguasa, merupakan tokoh yang memrakarsai pembukuan hadis Nabi secara resmi. Akan tetapi, menurut Ajjaj al-Khatib berdasarkan sumber yang sah dari Thabaqat ibn Saâd, kegiatan pembukuan hadis ini telah lebih dahulu diprakarsai oleh Abdul Aziz ibn Marwan ayah dari Umar bin Abdul Aziz sendiri. Ketika itu beliau menjabat sebagai gubernur di Mesir. Riwayat tersebut menceritakan bahwa Abd al-Aziz telah meminta Katsir ibn Murrah al-Hadhrami, seorang tabiâin di Himsha yang pernah bertemu dengan tidak kurang dari 70 veteran perang Badar dari kalangan sahabat, untuk menuliskan hadis-hadis Nabi yang pernah diterimanya dari para sahabat selain Abu Hurairah. Selanjutnya, mengirimkannya kepada Abd al-Aziz sendiri. Abd al-Aziz menyatakan bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sudah dimiliki catatannya, yang didengarnya sendiri secara langsung. Dengan demikian, perintah tersebut adalah pertanda bahwa telah dimulainya pembukuan hadis secara resmi, yang diprakarsai oleh penguasa. Hal tersebut terjadi pada tahun 75 Hijriyah. Pelaksanaan Kodifikasi Hadis atas Perintah Umar Ibn Abd Al-Aziz Meskipun Abd al-Aziz, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ajjaj al- Khatib, telah lebih dahulu memrakarsai pengumpulan hadis. Namun karena kedudukannya hanya sebagai seorang Gubernur, maka jangkauan perintahnya untuk mengumpulkan hadis kepada aparatnya sangat terbatas sekali, sesuai dengan keterbatasan kekuasaan dan wilayahnya. Umar ibn Abd al-Aziz Putra dari Abd al-Aziz sendiri yang memprakarsai pengumpulan hadis secara resmi dan dalam jangkauan yang lebih luas. Hal tersebut dikarenakan posisinya sebagai khalifah dapat memerintahkan para gubernurnya untuk melaksanakan tugas pengumpulan dan pengkodifikasian hadis. Abu Bakar Muhammad ibn Amr ibn Hazm Gubernur di Madinah adalah di antara gubernur yang menerima instruksi dari Umar ibn Abd al-Aziz untuk mengumpulkan hadis. Dalam instruksinya tersebut, Umar memerintahkan Ibn Hazm untuk menuliskan dan mengumpulkan hadis yang berasal dari koleksi Ibn Hazm sendiri, Amrah binti Abd al- Rahman, seorang faqih dan muridnya Sayyidah Aisyah RA, Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar Al-Siddiq, seorang pemuka tabiâin dan salah seorang dari fuqaha yang tujuh. Ibn Hazm melaksanakan tugas tersebut dengan baik. Tugas yang serupa juga dilaksanakan oleh Muhammad ibn Syihab al-Zuhri, seorang ulama besar di Hijaz dan Syam. Dengan demikian, kedua ulama di atas lah yang yang merupakan pelopor dalam kodifikasi hadis, berdasarkan perintah Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz. Dari kedua tokoh di atas, para ulama hadis lebih cenderung memilih al-Zuhri sebagai kodifikasi pertama dari pada Ibn Hazm, hal ini adalah karena kelebihan al-Zuhri dalam hal berikut Al-Zuhri lebih dikenal sebagai ulama di bidang hadis dibandingkan dengan yang lainnya. 2. Dia berhasil menghimpun seluruh hadis yang ada di Madinah, sedangkan Ibn Hazm tidak demikian. 3. Hasil kodifikasinya dikirimkan ke seluruh penguasa di daerah-daerah sehingga lebih cepat tersebar. Era Pemerintahan Khalifah Al-Maâmun Periode ini berlangsung sejak masa pemerintahan khalifah Al-Maâmun sampai pada awal pemerintahan Khalifah al-Muqtadir dari kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pada periode ini, para ulama hadis memusatkan perhatian mereka pada pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurniaan hadis-hadis nabi sebagai antisipasi mereka terhadap kegiatan pemalsuan hadis yang semakin marak. Pada abad ke-2 sebelumnya, perkembangan ilmu pengetahuan Islam pesat sekali dan telah melahirkan para imam mujtahid di berbagai bidang di antaranya dalam bidang fiqih dan ilmu kalam. Pada dasarnya, para imam mujtahid tersebut meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda pendapat, mereka saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing. Akan tetapi, para pengikut masing-masing Imam, terutama setelah memasuki abad ke-3 Hijriyah, berkeyakinan bahwa pendapat gurunya yang paling benar dan bahkan hal tersebut sampai menimbulkan bentrokan pendapat yang semakin meruncing. Di antara pengikut mazhab yang sangat fanatik akhirnya menciptakan hadis-hadis palsu dalam rangka mendukung mazhabnya dan menjatuhkan lawannya. Menyikapi hal tersebut, ulama tidak tinggal diam, mereka berupaya untuk melestarikan hadis, memelihara kemurnian hadis. Di antaranya dengan cara pertama, perlawanan ke daerah-daerah. Kedua, pengklasifikasian hadis kepada marfuâ, mauquf, dan maqthuâ. Ketiga, penyeleksian kualitas hadis dan pengklasifikasiannya kepada shahih, hasan, dan dhaif. Bentuk penyusunan kitab hadis pada periode ini ada tiga bentuk yaitu pertama, Kitab Shahih, kitab ini hanya menghimpun hadis-hadis shahih, sedangkan yang tidak shahih tidak dimasukkan ke dalamnya. Kedua, Kitab Sunan, di dalam kitab ini selain dijumpai hadis-hadis sahih juga didapati hadis yang berkualitas dhaif, dengan syarat tidak terlalu lemah dan tidak munkar. Ketiga, Kitab Musnad, di dalam kitab ini hadis-hadis disusun berdasarkan nama perawi pertama, urutan nama perawi pertama ada yang berdasarkan urutan kabilah, seperti mendahulukan Bani Hasyim dari yang lainnya, ada yang berdasarkan nama sahabat menurut urutan waktu memeluk Islam, dan ada yang menurut urutan lainnya seperti urutan Huruf Hijaiyah. Era Khalifah Al-Muqtadir dan Khalifah Al-Muâtashim Periode ini dimulai pada masa Khalifah Al-Muqtadir sampai Khalifah Al Muâtashim, meskipun pada periode ini kekuasaan Islam mulai melemah dan bahkan mengalami keruntuhan pada pertengahan abad ke-7 Hijriyah. Namun, kegiatan para ulama hadis dalam rangka memelihara dan mengembangkan hadis tetap berlangsung sebagaimana pada periode- periode sebelumnya, hanya saja hadis-hadis yang dihimpun pada periode ini tidaklah sebanyak yang dihimpun pada periode-periode sebelumnya. Bentuk penyusunan kitab hadis pada masa ini Pertama, Kitab Athraf, di dalam kitab ini penyusunnya hanya menyebutkan sebagian dari matan hadis tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik sanad yang berasal dari kitab hadis yang dikutip matannya ataupun dari kitab- kitab lainnya. Kedua Kitab Mustakhraj, kitab ini memuat matan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim atau keduanya, atau lainnya. Selanjutnya, penyusun kitab ini meriwayatkan matan hadis tersebut dengan sanadnya sendiri. Ketiga, Kitab Mustadrak, kitab ini menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya. 4 Kitab Jamiâ, kitab ini menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam kitab-kitab yang telah ada. Editor Yahya FRMenjelaskankesederhanaan Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi seorang Khalifah. Menjelaskan riwayat hidup Umar bin Abdul Aziz. Menyebutkan kebijakan-kebijakan Umar bin Abdul Aziz. Menganalisis kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Aziz dengan kehidupan di masa sekarang. E. Materi Ajar : Kepemimpinan Umar bin Abdul Azis F. Pendekatan
ďťżNama lengkapnya adalah Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab, al-Quraisy al-Madani. Beliau lahir pada tahun 61 H dan wafat pada 101 H. Ayahnya, yaitu Abdul Aziz bin Marwan, merupakan seorang yang pernah menjabat pemimpin kota Mesir selama kurang lebih sekitar 20 tahun dan di sana pula Umar lahir, tepatnya di Halwan. Abdul Aziz adalah seorang yang cinta pada hadis-hadis Rasulullah. Dia sering hadir di majelis Abu Hurairah dan para sahabat lain. Sedangkan ibu beliau adalah Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khathab. Umar bin Abdul Aziz biasa dikenal juga dengan sebutan Umar II. Umar bin Abdul Aziz, Keturunan Umar bin Khathab Menurut sebagian sumber, pada masa ketika Umar bin Khathab menjadi khalifah, dia sering ronda pada malam hari. Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya ronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya yang berasal dari bani Hilal, seorang penjual susu yang miskin. âWahai anakku, bersegeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari.âAnaknya menjawab, âKita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini.â Si ibu masih mendesak, âTidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu.â Balas si anak, âJika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu.â Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu. Lalu Umar meminta pembantunya Aslam untuk menandai tempat dia mendengar percakapan antara ibu dan putrinya tersebut. Kemudian keesokan harinya, perempuan dan putrinya itu dicari dan ternyata sang ibu adalah seorang janda dan putrinya masih gadis. Melihat hal ini, Umar bin Khathab kemudian mengumpulkan putra-putranya dan mengatakan, âSiapa di antara kalian yang mau menikahi gadis tersebut? Demi Allah, bila aku masih tertarik kepada perempuan maka tentu aku tidak akan mengusulkannya pada orang lain.â Lalu Ashim berkata, âNikahkan dia denganku, karena hanya aku yang masih bujang.â Kata Umar, âSemoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam.â Asim segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Ashim. Ketika dewasa, Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz. Jadi Umar bin Khathab adalah mbah buyut Umar bin Abdul Aziz dari jalur ibunya. Masa Kecil dan Keluarga Umar bin Abdul Aziz Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan, tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya dan keningnya robek. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar kepada istrinya, âBergembiralah engkau, wahai Ummu Ashim. Mimpi Umar bin Khathab insya Allah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.â Pada masa bujangnya, beliau lebih mengutamakan ilmu dari menyibukkan urusan kekuasaan dan jabatan. Tak heran jika ia telah hafal Al-Qurâan di masa kecilnya. Kemudian dia meminta kepada ayahnya agar mengizinkannya untuk melakukan rihlah perjalanan jauh dalam thalabul ilmi menuntut ilmu menuju Madinah. Di sana dia belajar agama menimba ilmu akhlak dan adab kepada para fuqoha Madinah. Di Madinah dia belajar kepada Abdullah bin Umar bin Khathab dan Anas bin Malik, dan di sanalah pula beliau dikenal dengan ilmu dan kecerdasannya. Di Madinah, Umar bin Abdul Aziz juga belajar pada salah satu dari tujuh ahli fikih Madinah, yakni Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Masâud. Dia belajar dari Shalih bin Kaisan, salah seorang tabiin senior, yang memang ditugasi Abdul Aziz agar mengajari dan mendidik Umar. Setelah ayahanda meninggal dunia, Umar diminta untuk tinggal bersama pamannya yaitu Abdul Malik bin Marwan, bahkan ia dinikahkan dengan putrinya yaitu Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan. Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, di antara mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Yaâqub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah. Beliau memiliki tiga istri. Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz sempat menempati posisi strategis. Di antaranya pada tahun 706 M ketika berumur 25 tahun dia diangkat sebagai gubernur Madinah setelah ayah mertuanya meninggal. Beliau menjadi gubernur Madinah sekitar 7 tahun. Umar sangat adil dalam memerintah, beliau juga membentuk satu dewan penasihat. Umar pernah diangkat menjadi katib sekretaris bahkan wazir pada masa Sulaiman bin Abdul Malik. Umar dikenal sebagai orang yang zuhud, rendah hati, waraâ, takut kepada Allah. Dedikasi Khalifah Pecinta Hadis Umar sangat mencintai hadis-hadis Nabi saw. Penulisan hadis secara besar-besaran bermula pada kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, dalam artian bahwa sebelum masa ini hadis lebih banyak dihafal daripada ditulis dalam catatan-catatan sederhana. Mulai pada masa Umar bin Abdul Aziz inilah seorang ulamaâ bernama az-Zuhri diperintah untuk menulis hadis secara lengkap dan dibukukan secara metodologis. Upaya para pendahulunya dengan ditulisnya hadis dalam sahifah hanya merupakan usaha individual sederhana yang mencakup hadis-hadis yang didapat dari rasul atau sahabat yang belum terkodifikasi secara beraturan. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah pada tahun 99 H, Umar memerintahkan para ulama hadis untuk mencari hadis nabi. Umar sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya karena meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghafalnya. Maka tergeraklah dalam hatinya untuk mengumpulkan hadis-hadis Nabi dari para penghafal yang masih hidup. Pada tahun 100 H, Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm agar membukukan hadis-hadis Nabi yang terdapat pada para penghafal. Di samping kepada gubernur Madinah, Khalifah juga menulis surat kepada gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah juga secara khusus menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Al-Zuhri. Editor Shidqi Mukhtasor
fA4O.